- Perencanaan dan pengendalian produksi
- Pengendalian persediaan
- Penegndalian kualitas
- Penentuan standar-standar operasi
- Penentuan fasilitas produksi
- Perawatan fasilitas produksi
- penentuan Harga Pokok Produksi
- Statistical Inventory Control (Pengendalian Persediaan Statistik)
- Material Requirement Planning (Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku)
- Just In Time (Tepat Waktu)
Di dalam metode Statistical Inventory Control ini kita akan menggunakan ilmu matematika dan statistik sebagai alat bantu utama dalam memecahkan masalah kuantitatif dalam system persediaan. Metode ini berusaha mencari jawaban optimal dalam menentukan
:
- Jumlah ukuran pemesanan dinamis (EOQ).
- Titik pemesanan kembali (Reorder Point).
- Jumlah cadangan pengaman (safety stock) yang diperlukan.
Metode ini sering juga disebut metode pengendalian tradisional, Mengapa? karena didalamnya memberi dasar terjadinya metode baru yang lebih modern, seperti MRP di Amerika dan Kanban di Jepang. Metode pengendalian persediaan secara statistik biasanya digunakan untuk mengendalikan barang yang permintaannya bersifat bebas (independent) dan dikelola saling tidak bergantung. Bebas disini berarti permintaan yang hanya oleh mekanisme pasar sehingga bebas dari fungsi operasi produk. Sebagai contoh adalah permintaan untuk barang jadi dan suku cadang pengganti (spare part).
Ditinjau dari sejarah perkembangannya, metode secara formal diperkenalkan oleh Wilson pada tahun 1929 dengan mencoba mencari jawaban 2 pertanyaan dasar yaitu :
- Berapa jumlah barang yang harus dipesan untuk setiap kali pemesanan ?
- Kapan saat pemesanan harus dilakukan ?
- Metode P, yaitu menganut aturan bahwa saat pemesanan bersifat reguler mengikuti suatu periode yang tetap (mingguan, bulanan, dsb), sedangkan kuatititas pemesanan akan berulang – ulang.
- Metode Q, yaitu jumlah ukuran pemesanan (kuantitas pemesanan) selalu tetap untuk setiap kali kita pesan, sehingga saat pemesanan dilakukan akan bervariasi.
Metode pengendalian persediaan secara statistik
ini biasanya digunakan untuk mengendalikan barang yang permintaannya bersifat
bebas (dependent) dan dikelola saling tidak bergantung. Yang dimaksud
permintaan bebas adalah permintaan yang hanya dipengaruhi mekanisme pasar
sehingga bebas dari fungsi operasi produk. Sebagai contoh adalah permintaan
untuk barang jadi dan suku cadang pengganti (spare part).
Metode MRP adalah suatu sistem informasi yang dirancang untuk mengendalikan persediaan bahan baku yang bersifat dependent demand (permintaan bergantung) atau permintaan turunan (derived demand) yang berperan penting dalam keputusan material atau bahan apa yang dibutuhkan, berapa banyak kebutuhannya, dan kapan waktu dibutuhkannya.
Metode pengendalian tradisional akan tidak efektif bila digunakan untuk permintaan yang bersifat tidak bebas (dependent). Yang dimaksud permintaan tidak bebas adalah permintaan yang tergantung kepada kebutuhan suatu komponen/material dengan komponen/material lainnya. Dengan kata lain, kebutuhan tidak bebas adalah kebutuhan yang tunduk pada fungsi operasi produksi, sebagai gambaran adalah permintaan akan 1 jok kursi dan 1 bantalan sandaran kursi hanya ada apabila ada permintaan 1 unit kursi, sehingga permintaan akan jok dan bantalan sandaran kursi dikatakan tergantung pada permintaan kursi.
Metode MRP ini bersifat oriented, yang terdiri dari sekumpulan prosedur, aturan – aturan keputusan dan seperangkat mekanisme pencatatan yang dirancang untuk menjabarkan Jadual Induk Produksi (JIP). Dari sejarahnya, penerapan MRP pertama kali digunakan pada industri logam tipe Job Shop dimana tipe ini termasuk tipe yang paling suli untuk dikendalikan dalam system manufaktur. Dengan demikian, kehadiran MRP sangat berarti dalam meminimisasi investasi persediaan, memudahkan penyusunan jadwal kebutuhan setiap komponen yang diperlukan dan sebagai alat pengendali produksi dan persediaan. Dalam perkembangan selanjutnya, MRP dapat diterapkan juga pada pengendalian persediaan dalam system manufaktur, baik untuk tipe Job Shop, tipe produksi massal (mass production) maupun tipe lainnya.
3. Just In Time (Tepat Waktu)
Untuk
mengantisipasi permasalahan terkait bagaimana cara mengendalikan
persediaan yang berdampak pada efisiensi biaya persediaan, olehnya itu
perlu adanya metode persediaan yang benar dan tepat. Dalam sistem
akuntansi persediaan, dikenal dengan istilah Just in time method, yakni Suatu
proses produksi yang hanya akan memproduksi apabila sesuai permintaan
atau order saja. Sebagai akibatnya pemborosoan dapat dihilangkan dalam
skala besar, yaitu berupa perbaikan kualitas dan biaya produksi yang
lebih rendah. Kedua hal tersebut menjadikan perusahaan lebih bisa
kompetitif. Tujuan utama Just In Time sebenarnya adalah untuk
meningkatkan laba dan posisi persaingan perusahaan yang dicapai melalui
usaha pengendalian biaya, peningkatan kualitas, serta perbaikan kinerja
dalam proses pengiriman.
Prinsip Dasar Just in Time
Konsep
dasar Just In Time sangat sederhana, yaitu berproduksi hanya apabila
ada permintaan atau dengan kata lain hanya memproduksi sesuatu yang
diminta, pada saat diminta, dan hanya sebesar kuantitas yang diminta.
Prinsip dasar Just In Time adalah peningkatan kemampuan perusahaan
secara terus menerus untuk merespon perubahan dengan memperkecil
pemborosan. Terdapat empat aspek pokok dalam konsep Just In Time yaitu:
1.
Menghilangkan semua aktifitas atau sumber-sumber yang tidak memberikan
value terhadap produk atau jasa yang dihasilkan
2. Menjaga kualitas barang yang diproduksi
3. Mendorong perbaikan berkesinambungan untuk meningkatkan efisiensi (continuous improvement)
4. Menyederhanakan aktivitas produksi dengan minimalisir biaya penyimpanan persediaan
Intinya bahwa konsep just in time langsung di terapkan
secara keseluruhan dari persediaan itu, yakni mulai dari proses
pembelian sampai dengan digunakan untuk proses produksi barang. Perusahaan yang menggunakan pembelian Just In Time akan dapat menekan hidden cost
yang berhubungan dengan menahan tingkat persediaan yang tinggi. Biaya
tersembunyi ini meliputi jumlah ruang penyimpanan yang lebih besar dan
biaya pemeliharaan persediaan digudang.
Karakteristik Just in Time
Dalam
pelaksanaannya, terkadang kita masih sulit membedakan antara just in
time dengan metode berdasarkan pesanan, dimana keduanya sama-sama
memiliki efesiensi dari segi pengadaan stok mulai dari bahan baku hingga
menjadi barang jadi. Tetapi disini, just in time memiliki karakteristik sebagai berikut :
- Biaya Persediaan
- Biaya penyimpanan lebih rendah
- Biaya sisa atas bahan baku semakin berkurang dikarenakan tidak adanya barang cacat/rusak.
- Proses Pengiriman
Proses pengiriman telah terjadwal dalam jangka panjang dengan metode yang sudah ditetapkan.
- Efisiensi Administrasi
- Meminimalkan penggunaan kertas
- Minimalisir terjadinya pembatalan transaksi
- Biaya administrasi yang tidak perlu semakin berkurang
- Produktifitas
- Mengurangi keterlambatan produksi barang
- Dapat mengendalikan persediaan
- Menghilangkan pekerjaan yang berulang-ulang sehingga dapat mengurangi adanya pemborosan kerja.
Metode Perhitungan Biaya Produksi dalam Just In Time
Sistem biaya konvensional membebankan BOP menggunakan penggerak biaya (cost driver)
berbasis unit. Sistem JIT menggunakan pendekatan yang terfokus pada
penelusuran biaya dan penentuan harga pokok berbasis aktivitas untuk
biaya yang tidak dapat dihubungkan secara langsung (biaya variabel).
Metode Just In Time, akan menelusuri atas biaya-biaya mana yang bisa di
kelompokkan menjadi satu, sehingga tidak terjadi pemborosan biaya
variabel yang tidak ada value-nya.
- Analisa CPV Konvensional
Dalam
sistem konvensional, analisis biaya-volume-laba (CPV) mengkategorikan
bahwa semua biaya produksi dan non produksi harus di pisahkan ke dalam
dua kelompok yaitu:
a. Biaya yang bervariasi dengan volume, disebut biaya variabel
b. Biaya yang tidak bervariasi dengan volume, disebut biaya tetap.
Dalam
analisis konvensional, semua biaya adalah linier dengan volume
penjualan, sehingga tidak mengabaikan adanya biaya variabel yang tinggi.
- Analisa CPV dengan Just In Time
Dalam sistem JIT, biaya variabel per unit produk yang dijual turun namun biaya tetapnya naik. Dalam
analisis Just In Time, biaya dilakukan melalui penelusuran biaya dan
mengelompokannya sesuai aktivitas yang dibutuhkan dalam menghasilkan suatu produk/jasa.
Dalam JIT digunakan teknik pengendalian
persediaan yang dinamakan Kanban. dalam system ini, jenis dan jumlah unit yang
diperlukan oleh proses berikutnya, diambil dari proses sebelumnya, pada saat
diperlukan. Dan ini merupakan tanda bagi proses sebelumnya untuk memproduksi
unit yang baru saja diambil. Jenis dan jumlah unit yang dibutuhkan tersebut
ditulis dalam suatu kartu yang disebut juga Kanban. Dalam system ini digunakan
kereta sebagai tempat komponen, dengan jumlah tetap. Didalam tia kereta
terdapat dua kartu. Sebuah kartu menandakan pesanan pada produksi, dan sebuah
lagi menandakan pengambilan unit. Perbedaan utama dalam system ini dengan kedua system sebelumnya terletak
pada perbedaan karakteristik “pertimbangan” yang digunakan untuk mengatur
jadwal produksi. Pada dua system terdahulu, dilakukan proyeksi permintaan yang
akan dating, dan selanjutnya penjadwalan produksi dilakukan untuk memenuhi
permintaan tersebut, penjadwlan mendorong produksi (push system). Sedangkan
dalam sistem Kanban, jadwal produksi diatur sesuai dengan permintaan aktual
(pull system).
Dalam keadaan apa suatu perusahaan atau swalayan tidak bisa menggunakan metode EOQ? Barang seperti apa contohnya yg tidak bisa menggunakan metode EOQ?
ReplyDeletekalau menurut saya disaat pemesanan barang tidak konstan. karena ciri2 EOQ kan konstan. apabila tidak konstan rumus juga pasti beda
DeleteSangat bermanfaat. Kalo untuk referensi buku nya ada tidak ya ? boleh kirim ke email agusbektir@gmail.com jika berkenan. Terima kasih
ReplyDelete