Pertemuan 1
- Pengetahuan Dasar Tentang Filsafat Ilmu Dan Pengetahuan
- Hakikat penelitian dan studi pendahuluan
- Ruang lingkup penelitian di bidang teknik industri
- Pengertian penelitian ilmiah dan non ilmiah
- Ciri-ciri penelitian ilmiah
- Jenis penelitian ilmiah
PENGERTIAN RISET DAN
PENGETAHUAN ILMIAH
Dua
definisi dari ilmu adalah:
1. Pengetahuan
yang bersifat umum dan sistematis, pengetahuan darimana dapat disimpulkan
dalil-dalil tertentu menurut kaidah-kaidah yan umum
2. Pengetahuan
yang sudah dicoba dan diatur menurut urutan dan arti serta menyeluruh dan
sistematis
Ilmu
lahir dari rasa ingin tahu manusia.
Keingintahuan seseorang terhadap permasalahan di sekelilingnya dapat
menjurus kepada keingintahuan ilmiah. Misalnya, dari pertanyaan apakah bulan
mengelilingi bumi, ataukah sebaliknya.
3. Mencakup
lapangan yang sangat luas, menjangkau semua aspek tentang progress manusia
secara menyeluruh. Termasuk di dalamnya
pengetahuan yang telah dirumuskan secara sistematis melalui pengamatan dan
percobaan yang terus menerus, yang telah menghasilkan pene,uan kebenaran yang
bersifat umum. (Maranon, 1953 dalam
Nazir, 2003).
Bagaimana
bisa terjadi proses berpikir? Menurut
Dewey (Dewey, 1933 dalam Nazir, 2003), proses berpikir dari manusia normal
mempunyai urutan sebagai berikut:
1. Timbul
rasa sulit, baik kesulitan untuk beradaptasi terhdap alat, sulit mengenal
sifat, atau kesulitan dalam menerangkan hal yang muncul secara tiba-tiba.
2. Kemudian
rasa sulit tersebut didefeniisikan dalam bentuk permasalahan.
3. Timbul
suatu kemungkinan pemecahan yang berupa reka-reka, hipotesis, inferensi, atau
teori.
4. Ide-ide
pemecahan diuraikan secara rasional melalui pembentukan implikasi dengan jalan
mengumpulkan bukti-bukti atau data.
5. Menguatkan
pembuktian tentang ide-ide tersebut dan menyimpulkannya melalui
keterangan-keterangan atau percobaan-percobaan.
Menurut
Kelly (Kelly, 1930 dalam Nazir, 2003), proses berpikir menuruti langkah-langkah
berikut:
1. Timbul
rasa sulit
2. Rasa
sulit tersebut didefenisikan
3. Mencari
pemecahan sementara
4. Menambah
keterangan terhadap pemecahan tadi yang menuju kepada kepercayaan bahwa
pemecahan tersebut adalah benar.
5. Melakukan
pemecahan lebih lanjut dengan verifikasi eksperimental (percobaan)
6. Mengadakan
penilaian terhadap penemuan-penemuan eksperimental menuju pemecahan secara
mental untuk diterima atau ditolak sehingga kembali menimbulkan rasa sulit.
7. Memberikan
suatu pandangan ke depan atau gambaran mental tentang situasi yang akan datang
untuk dapat menggunakan pemecahan tersebut secara tepat.
Dapat
disimpulkan bahwa berpikir secara nalar mempunyai 2 kriteria utama yaitu:
1. Ada
unsur logika
2. Ada
unsur analitis
1.2.
Pengertian
Riset dan Pengetahuan Ilmiah
2.
Menurut Kamus Webster : Suatu kata kerja yang mempunyai arti
memeriksa atau mencari kembali.
3.
Menurut Ndraha (1988) : Suatu
pemeriksaan atau pengujian yang teliti dan kritis dalam mencari fakta, atau
prinsip-prinsip penyelidikan yang tekun guna memastikan suatu hal.
4.
Kesimpulan : Suatu usaha untuk menemukan suatu hal
menurut metode yang ilmiah. Dengan
demikian riset memiliki tiga unsur penting, yaitu: sasaran, usaha untuk
mencapai sasaran dan metode ilmiah.
1.3.
Syarat
Pengetahuan Ilmiah
Untuk memperoleh pengetahuan yang benar
terdapat beberapa cara. Salah satunya
dengan menggunakan ilmu. Sesuatu yang
bersifat ilmu adalah ilmiah. Ilmu yang
diperoleh dari hasil penelitian atau studi disebut ilmu pengetahuan. Pengetahuan disebut ilmiah jika dipenuhi
syarat-syarat sebagai berikut (Umar, Husein, hal.3):
1. Bersifat
obyektif, yaitu sesuai dengan kenyataan
2. Bersifat
luas, agar kesimpulan-kesimpulan yang diambil tidak keliru
3. Bersifat
dalam, tidak hanya pada cara pragmatis, tetapi mampu sampai kepada penyebab
masalah dan mencari alternatif-alternatif pemecahannya.
4. Bersifat
relatif, yaitu bersandar pada asumsi-asumsi tertentu yang bilamana asumsinya
berubah, maka nilai-nilai pun berubah.
Contoh:
Jika seseorang berlari di
dalam kereta api yang sedang melaju ke arah belakang, maka di dalam kereta api
dia terlihat bergerak maju. Akan tetapi
jika dilihat dari luar kereta api, dia bergerak maju. Hal ini dikarenakan asumsinya telah diubah
dari melihat di dalam menjadi di luar kereta api,
5. Dapat
diabstraksikan, yaitu bahwa suatu ilmu harus dapat diatur atau dipisahkan dari
ilmu-ilmu lainnya dalam suatu sistem ilmu.
6. Dapat
dikongkritisasi, artinya kalau ada pertanyaan mengenai suatu ilmu walaupun
dengan pola pertanyaan 5W+1H (what, why, where, when,
who,
how),
ia dapat dijawab secara kongkrit.
7. Berupa
sistem, artinya suatu ilmu memiliki kaitan dengan ilmu lain. Ilmu tersebut juga melakukan transformasi,
memiliki input dan output, dan lain-lain sesuai dengan definisi sistem.
8. Berkembang,
yaitu suatu ilmu yang harus disesuaikan dengan situasi saat ini dan selayaknya
pula untuk situasi masa datang.
9. Memiliki
disiplin dan metodis instrumentalis; dalam hal disiplin, misalkan ilmu X akan
dipakai oleh ilmu Y untuk mengaplikasikan suatu riset. Hendaknya perhatikan terminologi ilmu X
pada ilmu Y. Misalnya istilah yang sama di ilmu X dan ilmu
Y ternyata mempunyai arti yang berbeda tetapi oleh periset dianggap sama, maka
hal ini akan berakibat fatal. Dalam hal metodis instrumentalis, bahwa ilmu
dapat dibuat konsep dan modelnya sehingga ilmu yang luas itu setidaknya dapat
ditangkap esensinya kalau tidak merasa perlu untuk dihafal semuanya.
1.4.
Kriteria
Riset Ilmiah
Menurut Nazir (1988), suatu metode yang
dipakai dalam penelitian adalah ilmiah, maka metode harus mempunyai kriteria
sebagai berikut:
1. Berdasarkan
pada fakta, yaitu berdasarkan fakta yang nyata bukan kira-kira atau
legenda-legenda, dan lain-lain.
2. Bebas
dari prasangka, maksudnya bebas dari sudut pandang yang subyektif tetapi
benar-benar berdasarkan alasan dan bukti yang lengkap dengan pembuktian yang
obyektif.
3. Menggunakan
analisis, yaitu masalah harus dicari sebab-sebabnya serta pemecahannya dengan
menggunakan analisis yang logis.
4. Menggunakan
hipotesis, sebenarnya hipotesis ini hanya bergunadalam hal membantu peneliti
dalam hal menuntun jalan pikirannya untuk mencapai hasil penelitiannya.
5. Menggunakan
ukuran yang obyektif, yaitu tahapan-tahapan hasil yang dicapai dapat diukur
dengan alat ukur yang obyektif.
6. Menggunakan
teknik kuantifikasi, yaitu pemakaian data dapat dikuantifikasikan. Jauhkan ukuran seperti mata memandang,
menurut hati nurani, dan lain-lain.
Fakta
yang digunakan dalam sebuah riset setidaknya harus mengandung:
1. Adanya
subyek yang menimbulkan peristiwa
2. Adanya
peristiwa atau kejadian itu sendiri
3. Adanya
waktu dan tempat kejadian
4. Adanya
akibat dari kejadian
5. Adanya
obyek yang diakibatkan oleh subyek yang menimbulkan peristiwa
6. Adanya
latar muka kejadian atau tindak lanjut dari peristiwa
7. Adanya
sebab-sebab kejadian
8. Adanay
latar belakang kejadian
9. Adanya
motif kejadian.
1.5.
Langkah-langkah
Riset
Menurut Nazir
(1988), Malhotra (1993), dan Aaker (1995), langkah-langah utama riset secara
garis besar seperti pada Gambar 1.
Gambar
1. Langkah-langkah Riset
1.6.
Etika
dalam Riset
1.
Etika
Peneliti pada Responden
-
Melindungi hak-hak
responden dalam melakukan pengumpulan data
-
Jelaskan secara langsung
tujuan dan manfaat yang akan didapat responden dari studi
-
Jika ada kemungkinan
bahwa data dapat merugikan responden, maka perlu untuk mwndapatkan persetujuan
responden secara tertulis dengan memerincikan batasan-batasan
-
Memberitahukan kepada
responden tentang hasil studi yang bersumber dari data responden. Hal ini akan membuat responden mempunyai
pandangan yang sangat positif terhadap penelitian. Tidak perlu seluruh hasil studi, cukup
aspek-aspek tertentu saja dan dapat diinformasikan misalnya dengan cara-cara
statistik.
-
Perlu mengingat hak atas
kebebasan pribadi responden, misalnya hak menolak untuk diwawancarai, sehingga
peneliti harus meminta izin terlebih dahulu.
2.
Etika
Peneliti pada Klien
-
Keinginan klien agar
identitasnya tidak diketahui
-
Hak klien untuk
mendapatkan hasil studi yang berkualitas.
Namun seorang peneliti harus mengarahkan dan menjelaskan apa yang
dimaksud dengan kualitas tersebut.
3.
Etika
Peneliti pada Asisten
-
Tidak etis menugaskan
asisten ke tempat pengumpulan data yang dapat mengancam keselamatan asisten
tersebut
-
Menuntut perilaku etis
dari para asisten dimana perilaku asisten berada di bawah pengawasan langsung
peneliti. Dengan demikian semua asisten
perlu diberi pelatihan, supervisi yang baik, dan bekal mental yang kuat agar tidak
melakukan penyelewengan
4.
Etika
Klien
-
Tidak selalu meminta
peneliti untuk mengubah data, mengartikan data dari segi yang menguntungkan
saja, menghilangkan bagian-bagian dari hasil analisis data yang dianggap
merugikan, dan lain-lain
1.7.
Kegunaan
dan Peranan Penelitian
Kegunaan
penelitian ialah untuk menyelidiki keadaan dari, alasan untuk, dan konsekuesi
terhadap suatu set keadaan khusus. Keadaan tersebut bisa saja dikontrol melalui
percobaan (eksperimen) ataupun berdasarkan observasi tanpa kontrol. Penelitian
memegang peranan yang amat penting dalam memberikan fondasi dalam tindak serta
keputusan dalam segala aspek pembangunan. Adalah sangat sulit bahkan tidak
mungkin sama sekali memperoleh data yang terpercaya yang dapat digunakan dalam
perencanaan pembangunan. Jika penelitian tidak pernah diadakan, serta kenyataan
– kenyataan tidak pernah diuji lebih dahulu melalui penelitian. Tidak ada satu
negara yang sudah maju dan berhasil dalam pembangunan, tanpa melibatkan banyak
daya dan dana dalam bidang penelitian.
Kegunaan
penelitian ialah untuk menyelidiki keadaan dari, alasan untuk, dan konsekuesi
terhadap suatu set keadaan khusus. Keadaan tersebut bisa saja dikontrol melalui
percobaan (eksperimen) ataupun berdasarkan observasi tanpa kontrol. Penelitian
memegang peranan yang amat penting dalam memberikan fondasi dalam tindak serta
keputusan dalam segala aspek pembangunan. Adalah sangat sulit bahkan tidak
mungkin sama sekali memperoleh data yang terpercaya yang dapat digunakan dalam
perencanaan pembangunan. Jika penelitian tidak pernah diadakan, serta kenyataan
– kenyataan tidak pernah diuji lebih dahulu melalui penelitian. Tidak ada satu
negara yang sudah maju dan berhasil dalam pembangunan, tanpa melibatkan banyak
daya dan dana dalam bidang penelitian.
Di negara –
negara yang telah berkembang, apresiasi terhadap karya penelitian sudah begitu
melembaga dan penggunaan dana untuk keperluan penelitian tidak pernah
dipertanyakan lagi manfaatnya. Pengeluaran negara untuk penelitian dapat
mencapai 1-2 persen dati total pengeluaran negara. Amerika Serikat misalnya,
menggunakan 0,27% dari total pendapatna negara untuk keperluan penelitian
antara 1940-1944, & meningkat menjadi 1% di tahun 1953 dan naik
lagi menjadi 1,3% di tahun 1955. Di tahun 1953, Amerika Serikat telah
menggunakan 3,5 billiun dolar untuk penelitian. Kira – kira 60% dibiayai oleh
pemerintah dan 35% oleh industri swasta, dan selebihnya oleh instansi dan
lembaga lainnya. Dari keseluruhan pembiayaan tersebut, 94% digunakan untuk
penelitian terapan (applied research) dan 6% untuk penelitian dasar (basic
research)
Di negara –
negara yang sedang berkembang, penelitian pertanian memegang peranan penting
sekali, yang meliputi aspek – aspek pemasaran, penerapan teknologi, alat – alat
pertanian, pengangkutan serta perangsang produksi. Dalam harga nyata 1971, pembiayaan untuk
epenelitian pertanian di Asia telah mencapai US$ 646juta pada tahun 1974
dibandingkan dengan hanya US$ 70 juta pada tahun 1951). (Boyce and Evanson, 1975). Jika pengeluaran untu penelitian pertanian
dari negara-negara di dunia, maka perbandingannya dapat dilihat pada Gambar 3.
Sumber:
Repro dari Boyce and Evenson, 1975 dalam Nazir, 2003
Gambar 2. Persentase Pengeluaran untuk Penelitian
Pertanian Menurut Kelompok Pendapatan per Kapita, 1951 - 1974
Banyak studi
menyimpulkan bahwa kontribusi dari penelitian mempunyai nilai yang lebih tinggi
dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk keperluan tersebut. Ada 2 cara
untuk menilai benefit (keuntungan dari penelitian). Pertama, menggunakan teknik
internal rate of return to investment dan kedua dengan menghitung nilai
marginal dari output per dolar modal yang ditanamkan dalam penelitian
Hasil
penelitian tidak dapat dengan segera dinikmati, tetapi biasanya mempunyai
lag waktu (time lag) dan mempunyai bentuk grafik seperti pada Gambar 3.
Gambar 3. Time lag Hasil Penelitian
Penanaman
modal dalam penelitian pada waktu T diharapkan akan memberikan sumbangan
sesudah 2 atau 3 tahun kemudian. Sumbangan penelitian terus meningkat sampai ke
level M sesudah 10 tahun. Tergantung dari jenis penelitian, maka sesudah 10
tahun akan terjadi penyusutan dari output penelitian. (Nazir, 2003)
1.8.
Jenis-jenis
Penelitian
2. Penelitian
Dasar (Basic Research)
Penelitian dasar atau penelitian murni adalah pencarian terhadap sesuatu
karena ada perhatian dan keingintahuan terhadap hasil suatu aktivitas.
Penelitian dasar dikerjakan tanpa memikirkan ujung praktis atau titik terapan.
Hasil dari penelitian dasar adalah pengetahuan umum dan pengertian-pengertian
tentang alam serta hukum-hukumnya. Pengetahuan umum ini merupakan alat untuk memecahkan
masalah-masalah praktika,walaupun ia tidak memberikan jawaban yang menyeluruh
untuk tiap masalah tersebut,karena tugas penelitian terapanlah yang akan
menjawab masalah-masalah praktis tersebut.
Penelitian murni tidak dibayang-bayangi oleh pertimbangan penggunaan dan
penemuan tersebut untuk masyarakat. Perhatian utama adalah kesinambungan dan
integritas dari ilmu dan filosofi . Penelitian murni bisa diarahkan kemana
saja, tanpa memikirkan ada tidaknya hubungan dengan kejadian-kejadian yang
diperlukan masyarakat. Proses pemikiran si peneliti bisa membawa ke mana
saja,tanpa memikirkan sudut apa dan arah mana yang akan dituju.(Hogben, 1938).
Charters
(1920) menyatakan bahwa penelitian dasar terdiri atas halnya pemilihan sebuah
masalah khas dari sumber mana saja, dan secara hati-hati memecahkan masalah
tersebut tanpa memikirkan kehendak sosial atau ekonomi ataupun masyarakat. Contoh penelitian murni seperti penelitian
tentang gen, nukleus, dan lain-lain.
3. Penelitian
Terapan (Applied research)
Penelitian terapan (applied research/practical research) adalah penyelidikan yang berhati-hati, sistematik dan terus menerus terhadap sesuatu masalah dengan tujuan untuk
digunakan dengan segera untuk keperluan tertentu. Peneliti yang mengerjakan
penelitian dasar tidak mengharapkan hasil penelitiannya digunakan secara
praktika. Peneliti terapanlah yang akan memerinci penemuan penelitian dasar
untuk keperluan praktis dalam bidang-bidang tertentu. Tiap ilmuwan yang
mengerjakan penelitian terapan mempunyai keinginan agar dengan segera hasil
penelitiannya dapat digunakan masyarakat, baik untuk keperluan ekonomi,politik
maupun sosial.
Penelitian terapan memilih masalah yang ada hubungannya dengan keinginan
masyarakat serta untuk memperbaiki praktik-praktik yang ada. Penelitian terapan
harus dengan segera mengumukan hasil penelitiannya dalam waktu yang tepat
supaya hasil penemuan tersebut tidak menjadi kadaluwarsa.
Charters
(1925) yang disiter oleh Whitney (1960) memberikan 5 langkah dalam melaksanakan
penelitian terapan, seperti pada Gambar 4.
Sumber:
Nazir, 2003
Gambar
4. Langkah-langkah Penelitian Terapan
- Definisi masalah, sumber‐ sumber masalah dan perumusan masalah
- Identifikasi topik penelitian
- Merumuskan masalah penelitian
- Hipotesa dan merancang teknik penelitian
No comments:
Post a Comment